Senin, 28 November 2016

Jangan Takut Melangkah !! Part 2

"Mbak udah lulus ya? Sekarang kerja di mana?"
"Ngajar nari sama jahit."
"Lho, lulusan UGM kok malah jadi penjahit sih?"
"Hehe.. ya gak papa.."
------------------------------------------------------------------

Percakapan singkat, tapi membekas di hati. Memang sebel sih rasanya kalau tanggapan mereka seperti itu. Sampai sekarang ini belum pernah yang namanya nglamar kerja, bahkan nulis lamaran kerja pun belum pernah. Dari awal emang gak niat sih buat nglamar kerjaan, maunya dilamar nikah aja. Wkwkwkwk.....
Lokasi Jahit
Sebenarnya ide menjahit ini terinspirasi dari sang ibu, meskipun beliau adalah seorang dokter gigi namun separuh hidupnya adalah seorang penjahit. Bangun pagi-pagi buat motongin kain sprei, lanjut praktek, malemnya ngurusin jahitan lagi. Kayaknya urusan jahit menjahit emang sudah mendarah daging. Dimulai dari gimana caranya motong kain, ngitung kain, make mesin jahit, dilihat secara diam-diam (soalnya gengsi mau minta suruh ibu ngajarin jahit. hehe..) Setelah selesai mematai-matai, mulailah percobaan jahit pertama. Percobaan jahit pertama adalah menjahit rok lilit buat latihan ballet. Berhasil sih tapi jahitan masih gak rapi banget. Yang ke dua adalah tas bulu. Kalau tas bulu ini lumayan sesuai harapan. Berhubung itu cuma percobaan dan gak beli bahan, mulai dari kain luar tas sampai tali semua pakai kain perca yang kebetulan ukuranya sesuai. (Kreatif dimulai dari irit. :D) Dari situlah mulai coba bikin rok tutu pake tile keras. Maklum lagi seneng-senengnya sama ballet jadi apa-apa bikinya yang berhubungan dengan ballet. Sampai tiba saatnya pentas tapi pengen irit, akhirnya memberanikan diri untuk menjahit kostum tari. Berantakan sih iya, namanya juga belum berpengalaman. Tapi memuaskan lah bikin bangga. ^_^
Terus mencoba dan mencoba, kian lama hasil jahitan semakin rapih dan mulai memberanikan diri untuk menerima order jahitan. Pelanggan pertama adalah dari seorang teman ballet, dia meminta untuk dibuatkan rok panjang dan atasan. Pertama kali deg-degan juga sih waktu itu takut kalo gagal, ukuranya pas ggak ya, jahitanya bagus gak ya, hasilnya mengecewakan gak ya. Eh ternyata berhasil, itu rasanya puas dan bangga banget sambil nyanyi lagunya Dora (I did it I did it I did it, hurray!)
Jahit terus... jahit terus... jahit terus... order jahit selalu ada meski belum banyak.
Pameran di Malioboro Mall
Hingga suatu hari terbersit ide untuk mengembangkan bisnis jahit sang ibu. Langkah pertama adalah belajar setir mobil (meski sampai sekarang juga belum berani nyetir sendiri ^,^), yang ke dua memperbanyak stok, yang terakhir adalah menjual dagangan secara keliling atau dengan cara pameran. Sudah 2 kali ini mengikuti acara pameran, hasil dari penjualan masih tergolong sedikit sih, tapi setidaknya itu adalah pengalaman yang berharga.

"Apakah mbak yakin bisa hidup dari menjahit?"

Hmm... Lagi-lagi pertanyaan nyebelin. Kalo ditanya seperti itu sih sebenernya masih ragu-ragu sih dengan bisnis jahit ini mau digimanakan supaya banir orderan. Sampai sekarang masih berusaha berproduksi, beriklan, dan mencari ide-ide unik supaya orang tertarik untuk memesan. Tapi ya namanya orang keras kepala, tetep aja maju terus bertahan untuk tetap jadi penjahit. Memang yang namanya usaha itu tidak bisa kalau langsung jadi orang sukses, harus merangkak dulu, mencoba berdiri meskipun berat, terkadang juga tersandung karena siklus ekonomi yang tidak stabil. Ya begitulah hidup, penuh ancaman. Meskipun beberapa memandang rendah pekerjaan ini, dibilang membuang ilmu kuliah secara cuma-cuma, dan hal-hal negatif lainya, tapi yang namanya tekad tidak akan pernah goyah dengan omongan-omongan seperti itu meski rasa pesimis selalu menghantui. Yang penting tetap semangat, pantang menyerah, terus berusaha disertai doa, dan terus berkarya!


Percobaan bikin tas
Dapat pesanan 100 dompet







Tidak ada komentar:

Posting Komentar